Wat berarti temple atau candi, sedangkan Angkor artiya kota.
Mungkin disebut Angkor Wat karena Kota bangsa Khmer di pedalaman
Indochina itu dijadikan Kota Candi. Angkor Wat terletak di Negara Kamboja, atau
Cambodia, disebut Campuchea oleh bangsa Vietnam tepatnya di provinsi
Siem Reap. Bangunan
Angkorwat ini memang besar banget, disusun dari batu seperti
candi-candi pada umumnya, tetapi secara arsitektur Angkor Wat lebih pada
sebuah kuil yang sangat besar.
Heran juga aku, kok bisa-bisanya mereka
di jaman itu, seribuan tahun lalu membuat bangunan sebesar dan seindah
itu dari batu. Sayang, kualitas batu yang digunakan tidak bagus, tidak
sekeras batu-batu di candi prambanan atau borobudur. Sudah seribu tahun
lebih.. dan batunya mulai melapuk.
Pas mengunjungi Angkorwat dan sekitarnya, aku membayangkan sebuah kota seribu tahun lalu. Pasti sangat megah dan ramai. Ratusan ribu prajurit berjajar, para biksu dan ksatria burdampingan di kerajaan dan tentunya putri cantik dan gadis-gadis Apsara memenuhi istana. Sekarang tinggal sisa-sisa keemasan bangsa Khmer saja yang masih bisa dilihat.
Pas mengunjungi Angkorwat dan sekitarnya, aku membayangkan sebuah kota seribu tahun lalu. Pasti sangat megah dan ramai. Ratusan ribu prajurit berjajar, para biksu dan ksatria burdampingan di kerajaan dan tentunya putri cantik dan gadis-gadis Apsara memenuhi istana. Sekarang tinggal sisa-sisa keemasan bangsa Khmer saja yang masih bisa dilihat.
Bagaimana aku bisa ke Angkor Wat?
Flash back ke beberapa waktu yang lalu.
Aku udah mulai bosen kerja di Huawei, akhirnya aku resign. Akhirnya bulan juni 2010 resmilah aku resign, dengan tabungan yang lumayan aman buat jadi pengangguran sukses. Memang aku niatkan nganggur di Rumah selama bulan Romadhon kemaren, walau begitu akhirnya aku dapat pekerjaan di Bangkok Thailand setelah lebaran, alhamdulillah.
Wah serasa
liburan aja, kupikir. Dan benar, kerjaanku di Bangkok, sangat santai.
Aku masih kerja untuk Huawei, tapi huawei Thailand, dan pekerjaanku
hanya jadi konsultan buat customernya Huawei Thailand, yaitu Tuemove,
salah satu operator seluler yang mulai fokus ke layanan 3G. Dan setiap
sabtu-minggu aku gunakan untuk jalan-jalan mengeksplore Thailand:
Bangkok city, Sanamluang, Ayutthaya, dll. Sampai akhirnya tibalah
saatnya visaku udah mau expired, akhirnya aku harus keluar dari thailand
untuk dapat stemple visit and stay privilege (Diantara Negara Asean
cuma Kamboja, Laos dan Myanmar saja yang harus ngurus visa bagi warga
Indonesia, walaupun bulan Oktober 2010 lalu Kamboja dan Indonesia sudah
melakukan perjanjian bebas visa, namun belum berlaku tahun ini).
Sejak
pertama kali aku kerja dan sampai sekarang aku tidak pernah menggunakan
uangku untuk bersenang-senang. Dan sampailah kepikiran juga untuk
sedikit spend money. Setelah mengunjungi Saigon / Ho Chi Minh City bulan
sebelumnya, akupun memutuskan untuk mengunjungi Angkor wat. Salah satu
tempat yang punya kaitan sejarah dan masalalu dengan Majapahit maupun
Mataram Hindu / Budha.
Enaknya
berada di Bangkok adalah, bisa kemana-mana dengan murah. Aku bisa
mendapatkan harga promo Airasia PP cuma 1,3 jutaan rupiah, dan itu pun
di tanggung ama perusahaan yang mempekerjakanku, termasuk visa di
Kamboja 20 USD dan airport tax di airport Phnomp Penh 25 USD plus taksi
dan hotel (semalam saja), selebihnya aku bayar sendiri:
- Bis dari Phnom Pehn ke Siemreap (5 Jam) 7 USD, bis dari Siem Reap ke Phnom pehn 7 USD (Paramount express malam jam 08.00).
- Hostel di Siem Reap permalam 6 USD aku disuruh bayar 2 malam, padahal nginep 3 malam.
- Tiket 3 Hari ke Angkor Archeological Park 40 USD.
- Tuk-tuk buat keliling belasan candi di Siem Reap (Angkorwat, angkor thom, Bayon, Banteay Srei, Banteay Samre, Ta Prohm, Pre Rup dll) selam 3 hari 40 USD + tip 10 USD karena fotoin aku.
- Makan 20 USD.
- Keliling kota Phnom Penh, killieng Field jaman Pol pot, dll 20 USD.
Nyampe di Siem Reap (Angkor Wat)
Paramount
express lumayan bagus menurutku, kalau dibandingkan dengan bis
eksekutif Jakarta-Solo atau Jogja-Surabaya kira-kira samalah. Aku
berangkat dari Phnom Penh jam 08.00 malam, setelah makan malam ama pak
Alim. Sepanjang jalan aku lihat kamboja itu benar-benar miskin.
Rumah-rumah penduduknya hampir semuanya semi permanen terbuat dari kayu,
modelnya seperti rumah panggung dengan tiang-tiang penyangga dari kayu
sebagian ada yang dari semen. Tapi herannya, mereka itu hampir semuanya
bisa bahasa inggris, bahkan anak-anak umur 6-7 tahun pun bisa, walaupun
untuk sekedar menawarkan dagangan dan menolak untuk ditawar dengan harga
yang jauh lebih rendah. Kalau aku tanya, bisa bicara pakai bahasa
inggris belajar dari mana, mereka rata-rata menjawab belajar dari turis.
Sampai
di Siem Reap jam 02.00 dini hari, hari sabtu. Jangan dibayangkan
ibukota propinsinya itu segede Semarang, Surabaya atau bahkan segede
Solo, Siem Reap itu benar-benar kota kecil, mungkin sebesar kota
kabupaten di pulau Jawa. Hanya jalan utama dan sekitarnya saja yang ada
bangunan lumayan besar, sedangkan sisanya, wuih.. ndeso banget. Jalanan
kampung masih tanah merah berdebu, rumah penduduk kebanyakan dari kayu
dan agak kotor. Aku pokoknya mo turun di tempat pemberhentian terakhir
bis yang aku tumpangi itu. Ternyta masih ada juga penumpang lain yang
juga sama seperti aku, turun di tempat terakhir pemberhentian bis. Dan
tempat terakhir pemberhentian bis itu adalah.. dreng dheng... bukan di
halte atau di terminal melainkan di markas bis paramount ekspress di
garasinya.. haha.. parah banget.
Di
garasi bis paramount itu ternyata sudah berkumpul tukang ojek dan
tukang tuk-tuk. Mereka dengan lancar berbahasa inggris menawarkan
ojeknya tau tuk-tuknya, bahkan ada yang mau mencarikan tempat nginap.
Ibu-ibu dan anaknya cewek yang semalaman duduk di kursi sebelah kiri
baris sebelahku selama dari Phnom Penh ke Siem Reap itu juga menawarkan
rumahnya sebagai gueshouse.. hihi... Menurut beberapa referensi dan juga
berdasarkan email dari hostel yang sudah aku booking sebelumnya, aku
bisa dijemput sama supir tuk-tuk mereka atau kalaupun nggak ada yang
jemput aku bisa naik tuk-tuk atau ojek dengan ongkos 2 dolar. Yau dah,
aku telpon hostel itu dan resepsionisnya nggak bisa menemukan supir
tuk-tuk atau ojek yang available. Akhirnya ngojeklah aku ke hostel itu
sekitar 15 menit, bayar 2 Dolar amerika. Sampai hostel itu, hm.. emang
bener kata pemberi referensi di hostelbooker.com emang murah 6 USD
permalam udah seperti wisma MM UGM seharga 200.000, bersih dan nyaman.
Keesokan harinya kulihat banyak bule dan anak-anak China daratan nginep
disana.
Paginya
aku ngobrol ama pemilik hostel itu, orang kamboja asli entah Khmer
entah Champa entah China. Orangnya seperti orang Indonesia, tapi bisa
bahasa inggris lancar walau grammarnya kacau dan dia juga bisa bahasa
China. Di cerita kalau orang-orang bawahannya itu heran kok ada orang
kamboja nginep di hostelnya hehe.. mereka mengira aku ini orang Kamboja,
hm... iya sih, kalau aku lihat emang nggak beda antara orang Indonesia,
Malaysia, Thailand, Vietnam.. same same kata mereka, haha... dulu di
Vietnam aku dikira orang Vietnam, ketika mo balik ke Bangkok, ketemu
orang Thailand di Bandara Ho Chi Minh city aku diajak ngobrol thai.. di
kamboja juga di ajak ngobrol kamboja.. mukaku emang universal haha..
Ngobrol
dengan dia tu bikin aku kagum aja. Sebelumnya dia ngobrol ama bule, aku
sempat nguping. Intinya dia tau yang diinginkan tamunya. Termasuk
keinginanku, dia bilang kalau dia dapat informasi dari anakbuahnya aku
mau menikmati angkorwat 3 hari. Lalau diperkenalkanlah aku dengan Salim,
supir tuk-tuk asli Kamboja, katanya keturunan Champa dan pernah kerja
di Malaysia 3 tahun dan bisa berbicara bahasa Malay alhamdulillah dia
islam. Dia aku buatkan blog juga lho, biar ada yang make jasa dia. Coba
lihat http://angkor-tuktukservice.blogspot.com/. Aku keliling dengan dia selam 3 hari di Siem Reap dan aku minta dia ikut aku kemana saja untuk memotret aku. Hehe..
Angkor Wat Mantab Banget
Nyampe
Siem Reap jam 02.00 tidur jam 03.00 bangun jam 06.00 sholat Subuh tidur
lagi sampai jam 8. Mandi, makan dan ngobrol ama pemilik hostel,
merencanakan jalan-jalan di angkorwat, ketemu supir tuk-tuk, si Salim
dan berangkatlah aku ke Angkorwat. Kalau seneng, nggak pernah namanya
ngantuk dan capek :)
Di
Bangkok ada week end market namanya Chatuchak Market. Buka kalau hari
sabtu and minggu saja. Ada banyak barang dijual souvenir, makanan,
minuman, sandal, sepatu, kaos, baju, lukisan, kucing, anjing, buku dll.
Nah yang terakhir itu paling banyak menyita waktuku kalau kesana. Toko
buku di Chatuchak itu bikin aku tambah geregetan karena jual buku
tentang angkorwat yang tebal original dan mahal. Udah berkali kali aku
tawar nggak boleh juga. Bukunya udah aku beli akhirnya, tapi belum
semuanya aku baca, baru aku lihat-lihat gambarnya saja.
Angkorwat
sangat membuatku takjub. Walaupun dari seni, relief, bentuk dan
keindahannya masih indah Prambanan dan Borobudur, tapi Angkorwat ini
sangat luarbiasa dilihat dari pencapaian pembangunan kuil yang begitu
besarnya dari kira-kira seribu tahun yang lalu. Ini seperti sebuah rumah
yang sangat besar banget, tinggi dan terbuta dari susuan batu. Di teras
bagian luar dari bagunan utama ada dinding yang penuh dengan relief
mahabarata dan ramayana. Benar-benar manifestasi dan intepretasi sebuah
dunia yang ada di mahabarata dan ramayana.
Kalau
kita masuk lebih dalam lagi maka akan ada ruang-ruang yang ditengahnya
seperti sebuah kolam. Aku nggak tau dulu emang kolam apa nggak. Dan
bangunannya itu benar-benar besar banget. Banyak lorong dan tiang-tiang
dari batu. Dan dibagian puncak ada ruangan terbuka dan ada candi yang
sangat tinggi. Kalau kita naik dan masuk kedalamya, masih ada ruangan
terbuka lagi dan candi yang paling tinggi. Wuih, duduk disitu serasa
enak banget. Pokoknya aku nggak bisa ngebayangin jaman dulu kehidupannya
kayak apa. Dan rajanya itu sekaya apa, bagaimana membangunnya dll..
Umur
angkorwat mungkin lebih tua dari borobudur, kalau gak salah sih,
soalnya pas di banteay Srey aku lihat time table angkorwat dan borobudur
masih tuaan Angkorwat. Pelapukan di Angkorwat sangat banyak terjadi.
Selain karena kualitas batu yang digunakan tidak sekeras batuan di
Prambanan atau borobudur (menggunakan batuan sendimen) juga karena
umurnya sudah seribu tahun lebih.
Dinding-dinding
angkorwat yang paling banyak hiasannya ya bagian teras terluar, yang
isinya penggambaran perang barathayuda, Sri Kresna, Ramayana dan
Mahabarata. Sedangkan disi lain seperti kanan kiri pintu masuk, atau di
sekitar cendela, dan tiang-tiang banyak dijumpai relief penari Apsara.
Aku sebenranya pingin lihat tarian Apsara ini, sejak seribu tahun lalu
sampai sekarang masih ada. Entah yang sekarang itu sama dengan yang
ditarikan dulu atau tidak yang jelas penggambarannya di angkorwat dan
candi-candi lainya menunjukkan bahwa tarian Apsara selain, mungkin,
sakral pasti juga sangat menarik, karena isinya cewek seksi dan
cantik-cantik. Apsara, nggak tau asal kata itu dari mana, mungkin dari
bahasa sansekerta yang kemudian di jawa menjadi Hapsari. Arti kata
hapsari menurut simbahku adalah bidadari. Nah kalau yang menari para
bidadari, wow betapa cantiknya..Catatan perjalan di kamboja (Bangkok - Phnom Penh - Siem Reap)
Entah
kenapa aku jadi terobsesi dengan kehidupan sejarah jaman Majapahit dan
Mataram Hindu-Budha di Jawa. Dan aku merunut sejarah hubungan Mataram
lama dan Majapahit ke negara tetangga termasuk sampai ke Siam, Champa,
Sukhothai dan Khmer.
Serasa
aku punya link ke masa lalu gitu. Akhirnya aku beruntung banget bisa
kerja di Bangkok. Jadi aku manfaatkan hari-hariku di Bangkok untuk lebih
mengenal sejarah dan budaya orang-orang Siam dan Champa. Bangkok adalah
hub untuk ke semua negara di kawasan Indochina. Tentu saja aku
terus-terusan kepingin ke Kamboja untuk melihat denga dekat sisa-sisa
peninggalan kerajaan Khmer: Angkor Wat. Beruntung sekali hari kerjaku
bisa aku negosiasikan dengan bosku, sehingga aku bisa liburan ke kamboja
selama 6 hari, tiket pesawat, visa taxi dan hotel semalam dibayari oleh
perusahaan. Mantab!
Indonesia
dan kamboja sebenarnya sudah memiliki perjanjian bebas visa yang
ditandatangani bulan oktober 2010 lalu oleh kedua mentri luar negri
Indonesia dan kamboja, tapi pas aku kesana 17 Desember 2010 lalu, aku
masih harus ngurus visa on arival di bandara Phnom Penh atau Bandar
Udara Internasional Pochentong, sebesar 20 USD.
Kamboja
emang negara yang aneh, miskin dan bedebu. Mata uang negara ini adalah
Riel atau KHR. I USD sekitar 4200 Riel, anggap aja Rp.10.000 itu sama
KHR 5.000. Namun kebanyakan uang Dolar amerika lah yang digunakan
sedangkan mata uang Riel hanya untuk uang kembalian recehan dolar.
Dimana-mana terutama hotel dan restoran, dipasang bendera dari
negara-negara yang jadi segment mereka untuk menarik perhatian dan
promosi. Selain itu banyak gedung-gedung yang dibangun atas bantuan
negara lain.
Pesawat
yang murah untuk ke kamboja adalah Airasia. Namun tidak ada yang dari
Indonesia, kita harus ke Bangkok dulu atau ke Kuala lumpur untuk terbang
ke Phnom Penh. Aku dapat tiket PP Bangkok-Phnom Penh sekitar 1.4 juta
an. Perjalan udara kira-kira ditempuh selama 50 menit. Banyak sekali
turis yang mengunjungi kamboja untuk melihat Angkor Wat yang gak kalah
terkenalnya dengan candi Borobudur, Phuket, Pataya atau Bali sekalipun.
Jutaan tourist ikut memberikan pemasukan yang sangat besar bagi Kamboja.
Dari
Bangkok, kita bisa menempuh jalan darat ke kamboja naik kereta menuju
Poipet. Setelah itu naik tuk-tuk atau ojek atau taxi ke perbatasan
Thailand-Kamboja trus dari perbatasan kamboja bisa sewa taxi ke Siem
Reap, propinsi dinama Angkorwat berada. Ada juga penerbangan dari
Bangkok ke Siem Reap dengan Bangkok Airways (atau airlines?). Tapi aku
nggak memilih kedua cara itu karena jalan darat juga melelahkan dan
butuh perjuangan, selain juga memakan waktu lama, sedangkan naik Bangkok
airways, mahal sekali. Jadi pilihannya adalah dari Bangkok ke Phnom
Penh. Sebenarnya aku cuma punya waktu 2 hari untuk ke Kamboja, tapi
dasarnya aku ini selalu berusaha mendapatkan apa yang aku inginkan,
akhirnya aku nego ama project director clientku agar aku bisa dapat cuti
sampai 6 hari. Dan dikabulkan. Hehe... mantab, mantab deh..
Dengan
waktu enam hari itu aku bisa merencanakan perjalanan yang panjang dan
berpuas diri di Angkorwat. Jadi, rencanyanya adalah jumat 17-12-2010 aku
bilang bos ku aku dapat pesawatnya jam 3 sore, hari itu hari jum’at,
jadi kalau akau sholat jumat di dekat kantor aku bakal telat ke airport.
Akhirnya aku diizinkan meninggalkan kantor jam 11 pagi langsung ke
Airport Suvarnabumi, sholat Jum’at disana. Dan sampailah aku ke Phnom
Pehn. Rencananya aku mau nginep semalam ke Phenom Penh, tapi karena
ternyata ada bis malam ke Siem Reap, akhirnya aku berangkat juga malam
itu. Tapi sore sebelumnya aku janjian ketemu dengan pak Alim, seniorku
di STT Telkom dan alumni XL yang kerja jadi Head of Operation and
Maintenance Beeline (operator 3G) di Kamboja, kita ngobrol-ngobrol dan
makan malam di rumah makan padang milik orang padang beneran :) .
Di Siem reap aku sudah booking hostel seminggu sebelumnya lewat http://www.hostelbookers.com/ jadi walaupun perjalanan Phnom Penh – Siem Reap hanya ditempuh 5-6 jam dan nayampenya juga jam 01.30 malam aku nggak perlu khawatir. Tinggal telpon dan ke hostel, beres. Oh ya hostel yang aku rekomendasikan adalah Palm Garden Lodge alamatnya Soksan Street, Svay Dongkum, Siem Reap, 855, Cambodia (855)12 687 372 / (855)63 966 496, palm_garden@hotmail.com. Oh ya bis di Kamboja yang terkenal adalah Mekong Express harganya 10 USD, GST express dan paramount express masing-masing 6 USD. Kalau beli tiket langsung saja ke agennya, jangan minta sopir taxi nganterin kita ke agen bis itu karena harganya bisa jadi 10 UAD yang dari 6 USD dan jadi 15 USD yang dari 10 USD. Waktu itu aku pakai Paramount express.Foto-Foto di Angkor Wat
Foto-Foto di Siem Reap
Foto-Foto di Phnom Pehn
Cari kenalan di kedubes Indonesia di Phnom Penh
Jadi
sebenarnya, tujuan utamaku ke Kmboja adalah untuk mengunjungi
angkorwat. Tapi, pesawat dari bangkok ke propinsi Siem Reap, dimana
angkorwat itu berada, hanya bangkok air ways atau apalah namanya, dan
itu sangat mahal sekali. Kalau lewat jalan darat juga capek dan kata
referensi sih butuh lebih banyak perjuangan. Ya akhirnya aku pilih
Bangkok - Phnom Pehn naik Airasia yang PP waktu itu 1.3 jutaan. Dari
Bangkok jam 3.15 nyampe Phnom Penh jam 4.15 an.
Sebelum
berangkat Kesana ada temen yang ngasih info kalau dia lagi ada di Phnom
Penh, Senior di STT Telkom angkatan 97 dah jadi boss di Beeline,
namanya pak Alim, alumni XL Jakarta. Trus aku juga email PERMIKA
(Persatuan Masyarakat Indonesia di Kamboja). Jadi ya, setibanya disana
ada temen ngobrol lah, makan malam dan beramah - tamah. Foto dibawah
ini, adalah sebuah kawasan restoran, ada rumah makan padang juga lho..
Aku
hanya semalam aja di Phenom Pehn, karena ada bis malam ke Siem Reap,
dan balik ke Phenom Penh setelah 3 hari di Siem Reap, muter-muter di
Angkor Wat. Di Phnom Pehn jam 11 siang, karena bisku dari Siem Reap
tidak membangunkanku pas nyampe Phnom Pehn jam 1 malam. Akhirnya aku
nyasar sampai ke Sihanoukville..
Kuburan masal korban komunis Pol Pot, Khmer Merah.
Tahun
1998, ketika Indonesia lagi panas-panasnya reformasi, kita baru aja
lulus SMP. 2 bulan libur sebelum masuk SMA. kegiatan kita tiap hari
selain maen-maen ya ke perpustakaan umum kabupaten Sragen. Semua buku
yang menarik disana sudah kami baca (beneran gak ya hehe..). Ada satu
buku berjudul (kalau tidak salah) Bunga Rampai Politik Dunia 1975-1990..
Isinya mulai dari Ronalreagen, Nixon, Jimmy Charter, Soeharto, Margaret Thatcher,
Pol Pot dll. Dan waktu kami baru sebulan masuk SMA, 1998 ada berita
bahwa Polpot sudah Mati. Waktu itu temenku yang sering ke perpustakaan,
si Joyo dan Christian teriak-teriak di depan kelas pas istirahat
mengabarkan ke aku kalau Pol pot sudah mati.. hmm.. gak ada temen-temen
lain yang mengerti dan tertarik tentang perbincangan kami itu.. POLPOT,
KHMER MERAH..
Menara
yang tinggi itu isinya kepala manusia korban pembantaian yang dilakukan
oleh POLPOT dan anak buahnya pasukan KHMER MERAH atau Khmer Rouge.
Katanya ada 3 juta orang kamboja yang masuk kelas borjuasi dan terdidik
di bunuh ama si Pol Pot ini. Tujuannya adalah memulai kehidupan dari
nol dan membuat sistem sosialis benar-benar berjalan. Dia ingin merubah
sistem kehisupan dengan menghapus orang-orang dengan pemikiran non
sosialis. Pol Pot ini menghapuskan peredaran uang, menghancurkan semua
bank, membunuh para profesor, dosen, guru, pegawai pemerintah, bintang
film, penyanyi, bahkan anak-anak pun dibunuh dengan alasan memiliki
hubungan keluarga kelas borjuis dan terdidik.
Di
menara yang isinya tengkorak kepala manusia ini, aku tak henti-hentinya
membacakan doa, baca ayat kursyi, baca al fathikhah, Annas, Alikhlas,
baca tasbih, tahmid, takbir, istighfar, pokoknya semua doa yang aku bisa
ucapkan. aku cuma bisa membisu dan merinding, campur sedih dan
prihatin. Heran juga ama POl POT, dia itu anaknya orang kaya, borjuis
disekolahkan di Prancis, kok bisa-bisanya membenci orang kaya dan
menginginkan negara sosialis yang utopis. parahnya lagi baginya
satu-satunya cara mendirikan negara sosialis adalah dengan menghapuskan
orang-orang yang berpikiran selain sosialis.. EDAN!!
(Aku mulai berpikir nih.. hehe.. kalau orang-orang mental koruptor dihabisin kayak gini gimana ya?? hehe)
Coba
anda banyangkan. Anda ada di masa POL POT, ditangkap pasukan khmer
merah, dan anda sudah tau pasti akan dibunuh.. kira-kira apa yang akan
anda lakukan? hii...
Polpot
memerintahkan untuk tidak menghabiskan peluru. jadi mereka membunuh
korbannya dengan cara dipukul kepalanya memakai bambu, sampai
benar-benar kepalanya pecah. selain itu mereka juga membanting korban ke
pohon, bahkan anak-anak balita dibunuh di pohon dengan membantingkan
kepalanya sampai pecah. kalau dilihat di tengkorak kepala mereka, akan
terlihat retakan yang sangat jelas, tak ada lubang peluru di kepala
mereka.
Baju-baju korban pembantaian itu masih ada yang utuh dan disimpan di menara tengkorak itu.
Menara ini tinggi sekali dan isinya tengkorak kepala manusia korban komunisme POl POT
banyak
orang mendoakan mereka menurut agama budha. Aku gak tau dan gak peduli
agama mereka apa jaman dulu, aku doakan mereka dengan doa-doa yang ada
di agama islam, biar Allah yang memutuskan apakah doaku untuk mereka
diterima atau tidak, yang jelas Allah maha pengasih dan penyayang, maha
mengampuni dan menerima doa.
Sebenarnya aku juga berencana ke S-21 Tuol Sleng Genocide Museum
tapi aku dah merinding dan nggak tega melihat kekejaman seperti itu.
Jadi pas supir tuktuk mengantarku kesana aku suruh balik ke kota. Nyesel
juga sebenarnya nggak sekalian aja ke S-21, mumpung ke kamboja gitu,
tapi ya gimana lagi, perasaanku dah gak enak dan membayangkan banyak
setan dan roh-roh mereka bergentayangan di sekitar sekolah yang
dijadikan tempat penyiksaan dan eksekusi itu.. hiii.....
Balik
ke Kota.. Udara panas banget di kamboja, semua daerah menurutku. enam
hari di kamboja, mukaku jadi hitam.. tersengat matahari ckckc.. gak papa
lah, ntar juga baikan lagi.
Kota
Phnom Pehn itu sangat kecil sebagai ibukota sebuah negara, sebesar
Bogor, atau mungkin hanya sebesar Solo. Penduduknya punya standar hidup
yang rendah. Dan mereka nggak peduli dengan nasionalisme kayaknya. semua
bendera negara lain dipasang di hotel untuk menarik pengunjung, semua
bangunan penting sebagian besar ada kata-kata friendship. Misalnya
Gedung dibawah ini:
Tuh
lihat, mukaku dah jadi item banget. Panas banget di Kamboja. Dan
dibelakang itu adalah jembatan yang menewaskan 300-400an orang pas
festival air sebulan lalu.. pas waktu itu sebenarnya aku ama pak alim mo
kesitu, tapi alhamdulillah aku memutuskan ke Vietnam dan pak alim juga
ke vietnam.


