Kau mengatakan tentang jumlah ribuan waktu
Sekian bulan jarak terbentang
Lusa kita jajagi seberapa dalam
Mungkin beberapa hari ini akan ada pertemuan
Sekarang sudah bulan depan dari yang lalu
Saat perbincangan kita mengenai waktu
Sekarang sudah tiba saat bertanya padamu
Kau berkata tentang cara pandang
Sejak yang dulu langit biru masih terbentang
Tempatku berdiri masih disitu
-----------------------------------------------------------------------------------------
Yumini seiring waktu melalui jalan sore itu
Cahaya lembayung terpantul di wajahnya nampak makin lesu
“hari ini sepi sekali”
Surya hati berkata membawa duka sukma
Harmoni kekosongan kata hati apa?
Waktu tak bermakna
Masa terasa sia – sia
Sudah ribuan kali jalan itu ditempuh
Cahaya lembayung menambah makna ragu
Yumini mengisak tangis
Bahwa tak segalanya dapat diwujudkan
Bahwa segalanya berbenturan
Harmoni adalah kekosongan
Indra tak lagi bisa mencitra
Duka sukma tak lagi menyentuh dimensi
Surya hati tak lagi bisa ditelusuri
Sekian ribukali Yumini seiring waktu melalui jalan sore itu
A.R ismail
-----------------------------------------------------------------------------------------
Imajinasi setengah hati
Dalam sketsa rajutan tak bersimpul
Sampailah hidup pada pertengahan umur penemuan
Masa menggores sketsa realita
Sedangkan hidup ini tak bisa mendua
Bukan imajinasi yang ingin terlupakan
Bukan angan yang ingin dilewatkan
-----------------------------------------------------------------------------------------
Ember biru
Suatu pagi di kamar mandi
Suatu sore dan malam hari
Kemarin, besuk, lusa di suatu kamar mandi
Suatu masa seminggu ini
Emberbiru disuatu kamarmandi
-----------------------------------------------------------------------------------------
Generasi yang sebaya denganku mungkin juga aku
Buta membaca bisu bercerita pincang menulis
Hanya mendengar tanpa rasa didada, hambar
Suara hatinya mati kata hati entah kemana
Hati benar – benar tak bisa berapresiasi
Pikirpun tak bisa menghargai nurani
Generasi yang sebaya dengan ku dan juga aku
Tiada api semangat berkobar didada
Mengapresiasi siapa? Membaca apa? Menulis seperti apa?
Bercerita bagaimana? Atau berkata – kata tanpa makna?
Mungkin generasi yang taktahu makna hidupnya.
Generasi yang sebaya denganku, eh...... aku saja
Cuma mengada – ada
Tiada citarasa di dada
Generasi yang diombang – ambing masa
Generasi yang dipermainkan budaya entah milik siapa
Generasi yang mungkin hanya menutup kekosongan jiwanya
Generasi yang sebaya dengan ku,......... maaf aku saja
Generasi yang tertipu
Generasi peniru nilai – nilai rancu
Yaitu tanpa rasa kebanggaan
Wahai diriku mungkin juga generasi yang sebaya denganku
Aku berkata tentang harga diri bangsa ini
-----------------------------------------------------------------------------------------
Senandung cangkir
Panas dirimu menahan siksa
Lekat dan didih
Hitam dan pekat
Engkau ternoda
Lalu debu sekian minggu
Cendawan biru
Oh gelasku....
Deritamu.... malasku
-----------------------------------------------------------------------------------------
Modem berdering nyaring
Deretan ketikan kata – kata teselip
Lalu berlalu
Kata – kata terselip sampai pada dunia baru
Modem berdering lagi
Sederet kata – kata berlalu
Berbalas kata – kata
Lalu berlalu, kata – kata baru berlintas
Dering modem nyaring
Sederet kata – kata berlalu
Deretan Kata – kata terselip ambigu
Lalu Kata – kata berlalu tak kembali lagi.